ISLAM
DAN PSIKOLOGI
PUASA MELALUI PSIKOTERAPI
Oleh :
Alevia Rahma Deswanda NIM. 11140700000040
FAKULTAS
PSIKOLOGI
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF
HIDAYATULLAH JAKARTA
2015
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR................................................................................................... i
DAFTAR
ISI................................................................................................................... ii
BAB I : PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang..................................................................................................... 1
BAB II: KAJIAN TEORI
2.1
Puasa................................................................................................................... 2
2.2
Psikoterapi........................................................................................................... 6
BAB III : Penutup
3.1
Kesimpulan
......................................................................................................... 13
DAFTAR
PUSTAKA..................................................................................................... 14
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ibadah
puasa banyak sekali memiliki faedah. Diantara faedah terkandung dalam ibadah
puasa adalah memperkuat kehendak dan menimbulkan kekuatan untuk menaklukkan
hawa nafsu. Diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda:
‘’Allah SWT berfirman, ‘’Semua perbuatan amal
anak adalah miliknya, kecuali ibadah puasa. Karena sesungguhnya ibadah puasa
adalah untuk ku. Dan aku senfiri yang akan membalasnya. Puasa itu merupaka
perisai. Oleh karena itu, hendaklah salah seorang diantara kalian tidak berkata
kotor ketika dia menunaikan ibadah puasa dan hendaklah juga tidak bertindak
bodoh! Apabila ada orang yang menggang nya, hendaklah dia
berkata,’’sesungguhnya aku sedang menjalankan ibadah puasa’’.
Dalam
ibadah puasa terdapat unsur pelatihan bagi seseorang untuk bersabar. Dengan
latihan bersabar, dia akan mampu menanggung beban berat kehidupan. Ketika
seseorang yang menunaikan ibadah puasa merasa terhalangi untuk mengkonsumsi
makanan maupun minuman, maka dia akan ikut merasa kan penderitaan kaum fakir
dan miskin yang sering kali tidak bisa mengonsumsi makanan. Sehingga dia pun
akan mengasihani saudaranya yang bernasib kurang dalam perekonomian. Dia akan
memberikan pertolongan dan berbuat baik kepada orang-orang yang membutuhkan.
Manfaat utama puasa adalah menumbuhkan kemampuan
mengontrol syahwat dan hawa nafsu pada diri manusia. Puasa merupakan latihan
bagi manusia dalam menanggung kondisi perihatin dan merupakan bersabar atasnya,
ia bersiap diri menanggung beragam kondisi perihatin yang mungkin terjadi dalam
hidup nya. Kondisi perihatin yang dirasakannya membuatnya dapat berempati
terhadap penderitaan orang-orang fakir dam miskin, mendorongnya untuk mengasihi
mereka, mengulurkan bantuan dan berbuat baik kepada mereka serta membantu
orang-orang yang membutuhkan di antara mereka. Dengan begitu, hubungan dengan
manusia semakin kuat, loyalitas nya kepada jamaah semakin kokoh. Rasa
solidaritas sosial dan kecenderungan membantu manusia juga tumbuh.
Puasa merupakan terapi yang efektif dalam mengatasi
kegelisahan melalui janji surga sebagai balasan bagi mereka yang berpuasa.
Rasulullah Saw bersabda:
“Barang siapa puasa romadon dengan iman dan penuh
harap (akan pahalanya), makadosa-dosa nya yang terdahulu akan di ampuni.”( HR Bukhari dan Muslim).
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Puasa
2.2.1 Pengertian
Puasa
Secara
etimologis, puasa berarti menahan. Secara terminologis, Puasa
adalah menahan diri dari makan dan minum, dan hasrat seksual mulai terbit
fajar hingga terbenam matahari. Dalam Islam, puasa adalah rukun Islam ketiga
yang wajib dilaksanakan seorang muslim pada bulan Ramadhan, bulan kesembilam
dari dua belas bulan kalender tahun Islam yang didasarkan perhitungan peredaran
bulan yang bentuknya dengan menahan diri dari segala yang membatalkannya mulai
dari terbit fajar sampai terbenamnya matahari, dan wajib dilakukan sesuai
dengan syarat, rukun dan larangan yang telah ditentukan.
Bulan
ramadhan dianggap bulan suci karena merupakan bulan turunnya Al-Qur’an untuk
pertama kalinya. Menurut tradisi puasa dapat dimulai jika bulan baru telah
terlihat di ufuk langit oleh sekurang-kurangnya dua orang islam. Selama satu
bulan penuh, umat muslim wajib berpuasa dari muainya matahari terbit sampai
matahari terbenam dengan menahan diri dari makanan, minuman, perilaku seksual,
dan hal-hal lain yang membatalkan puasa. Setelah bulan ramadhan berakhir, umat
islam kemudian merayakan hari raya idul fitri, sebagai symbol penyucian diri.
Pada saat ini seluruh umat islam saling meminta dan memberi maaf atas segala
kesalahannya.
Puasa
juga terdapat puasa Sunnah yaitu puasa yang dikerjakan dihari-hari selain Bulan
Ramadhan, biasanya puasa ini dikerjakan untuk mengganti puasa yang ada pada
bulan Ramadhan ketika kita tidak dapat mengerjakannya. Contohnya seperti wanita
yang setiap bulannya mengalami menstruasi dan untuk orang sakit atau sedang
dalam perjalanan jauh.
Urgensi
puasa dalam tazkiyatun-nafs menduduki
derajat ketiga (setelah shalat dan zakat), karena diantara syahwat besar yang
bisa membuat manusia menyimpang adalah syahwat perut dan kemaluan. Sedangkan
puasa merupakan pembiasaan terhadap jiwa untuk mengendalikan kedua syahwat
tersebut. Oleh sebab itu, puasa merupakan faktor penting dalam tazkiyatun-nafs. Jika kesabaran termasuk
kedudukan jiwa yang tertinggi maka puasa pembiasaan jiwa untuk bersabar[1].
Oleh sebab itu ada hadits yang menyebutkan bahwa: “Puasa adalah separuh
kesabaran.” (Diriwayatkan oleh Tirmidzi dan Ibnu Majah, hadits hasan)
2.2.2 Manfaat Puasa
A. Puasa dan Kesehatan Rohani dan Sosial
Allah SWT. berfirman di dalam Al Qur’an ayat 183 :
2
‘’Hai orang-orang yang berfirman, diwajibkan
atasmu puasa, sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelumu….’’ (QS. Al Baqarah;183)
Dan
selanjutnya pada ayat 184 Allah berfirman :
‘’ Dan
puasa itu lebih baik bagi kamu kalau kamu sekalian mengetahui.’’ (QS. Al Baqarah ;184)
Dalam ayat tersebut di atas, telah
tersirat keajiban untuk mencari hikmah. ‘’Kalau kamu mengetahui, berarti kamu
harus mencari ilmunya.’’
Selanjutnya
Allah berfirman di dalam Al Qur’an surah Al Fathir ayat 29 :
‘’….Sesungguhnya yang takut kepada Allah
diantara hambaNya hanyalah ahli-ahli ilmu….’’ (QS. Al Fathir ;29)
Dan
di dalam Al Qur’an surah Shad pada ayat 29 Allah berfirman :
‘’Kitab Kami turunkan kepadamu diberkahi untuk
direnungkan ayat-ayatnya dan diselidiki oleh orang yng berilmu.’’ (QS. Shad ;29)
Dan
di dalam surah AZ Zumar pada ayat 9 Allah berfirman :
‘’ Katakan, samakah orang yang berilmu dan tidak
berilmu, sesungguhnya yang menyelidiki hanyalah mereka yang mempunyai ilmu.’’ (QS. Az Zumar
;9)
Kita umat Islam harus mematuhi dan
mentaati peraturan Allah. Tetapi kita harus pula mencari hikmah kebijaksanaan dalam
peraturan tersebut. Meskipun hanya sebagian kecil saja kebijaksanaan Allah
dapat kita singkap. Itupun ternyata sudah banyak sekali kita peroleh.
1. Manfaat Puasa Bagi Kesehatan Rohani
Manfaat puasa ditinjau dari sisi rohaniah sudah banyak
ditulis. Untuk melatih rasa ikhlas, beribadah, latihan disiplin keuletan. Juga
kehalusan perasaan memaksa diri untuk menimbulkan kesadaran. Terutama terhadap
derita dan jeritan para fuqara’ dan masakin. Dengan puasa maka aliran darah ke
alat-alat pencernaan kurang, karena kurang perlu. Kelebihan darah dari alat
pencernaan ini mengalir ke otak, ini dapat dibuktikan dengan timbangan.
Akibatnya maka fikiran orang yang berpuasa menjadi terang meskipun badannya
merasa lemah.
Dalam keadaan kelemahan fisik karena
puasa, mental menjadi kuat. Karena mendapat makanan lebih banyak dari darah yang
mengalir lebih banyak. Tiap orang yang berpuasa mengetahui ini semuanya. Bahwa
di jalan faal batinnya tumbuh banyak perubahan baik. Perhatian bertambah,
fantasi bertambah giat, panca indra bertambah tajam. Juga Ilham (intutio) menjadi
dalam dan mudah ketegangan batin mengendur. Suatu keadaan yang menyatakan
adanya kejernihan batin mengendur. Inti sari yang sejati keluar, seorang yang
berpuasa menemukan diri pribadi kembali. Titik istirahat batin (metacentrum), tempat batin istirahat
ditemukan. Perasaan menjadi halus dan tinggi. Berpuasa itu bagi orang Islam,
bukan saja berbakti kepada Allah, tetapi juga disiplin jiwa dan moril, suatu
kesadaran hidup yang tinggi. Bukanlah tidak ada daya nafsu makanan dan minuman
tersedia di bawah pelupuk matanya. Meskipun demikian, daya nafsu ini dikalahkan
oleh orang yang berpuasa.
Puasa merupakan bukti bahwa kita
dapat menundukkan nafsu. Watak, akal, dan moral dari mereka yang menjalani
puasa menerima kebaikan. Pada orang lain ‘’Allah ada di sisinya’’ adalah suatu
kenyataan. Padanya ada makanan yang lezat-lezat, sungguhpun demikian lebih suka
ia menanggung lapar karena Allah. Dan yang demikian itu tidak sedikit
disebabkan oleh disiplin jiwa. Sungguh besar sekali manfaat puasa bagi
kesehatan jasmani dan rohani kita.
Puasa juga merupakan obat penyakit
psikosomatis, karena memberi kebahagian. Dengan puasa rohani menjadi tenang,
karena ampunan dari Allah SWT. Maaf dari sesam manusia juga memberikan
kebahagian batin. Dengan puasa manusia kembali ke fitrah, dan mendapat semnagat
baru. Semangat berbuat baik bertambah, kekuatannya untuk usaha yang dihadapi
bertambah. Puasa ialah suatu persiapan untuk melenyapkan ketegangan bathin.
Ketegangan dan kesempitan batin itulah yang menjadi sebab tumbuhnya penyakit.
Pintu surga terbuka baginya, karena ia dapat membelakangkan dunia. Sehingga
dapat berbakti kepada Allah yang telah menciptakan seluruh alam. Pintu neraka
tertutup baginya, karena ia menjauhkan diri dari kejahatan. Kejahatan
sebenarnhya adalah neraka bagi manusia di dunia sebelum neraka di akhirat
nanti.
Dengan puasa pekerjaan kelenjar
gondok menjadi berkurang, juga kelenjar kelamin. Kedua kelenjar tersebut dalam
melaksanakan pekerjaannya tertekan. Banyaknya mani berkurang, sebab banyak
sedikitnya sperma diproduksi, berhubungan erat dengan makan. Maka nafsu seksual
orang yang berpuasa akan menurun sekali, hingga tidak membawa dirinya kea rah
yang tidak diingini atau berbuat jahat. Puasa adalah suatu bukti bahwa kita
dapat meninggalkan kelezatan jasmani.
Dengan keterangan-keterangan diatas
itu jelaslah bahwa puasa merupakan dokter batin. Dokter batin ini banyak di
dalam tubuh manusia, hanya kebanyakan manusia tidak mengetahuinya. Pendek kata,
dengan puasa rohani kita dapat menundukkan jasmani. Hasrat hati yang berupa
hawa nafsu mengalami pengekangan. Selera ditahan, hati menjadi tenang dan
hasrat hati yang tidak benar dapat dicegah. Dengan puasa kita kembali ke fitrah
manusia untuk berbuat baik. Dengan puasa keikhlasan, disiplin, keuletan,
kehalusan perasaan, kejujuran dan lain-lain sifat yang baik baik tergembleng.
Pendek kata puasa adalah dokter
batin penyembuh penyakit psikosomatis. Termasuk penyakit psikosomatis antara
lain sakit maag, jantung, tekanan darah tinggi, obesitas, ginjal asthma,
penyakit pembuluh darah dan lain sebagainya. Dengan puasa penyakit-penyakit
tersebut dapat dihambat perkembangannya.
2. Manfaat Puasa Bagi Kesehatan Sosial
Pada waktu kita menjalankan puasa, maka kita akan
merasakan lapar, kita ingat fakir miskin. Berarti bahwa mereka yang sedang
ingat itu sedang ingat itu sedang menyelami derita fakir miskin. Dan oleh
karenanya di dalam sanubarinya tumbuh rasa kasih saying kepada fakir dan si
miskin.
Oleh sebab itu Islam mewajibkan
shadaqatul fitri. Dengan jalan demikian kaum muslimin, yang dengan sengaja
menahan makan, dapat menghargai karunia Allah. Tidak hanya shadaqatul fitri,
akan tetapi zakaratul mal juga wajib.
Dengan puasa, ukhuwah Islamiayah
tambah tergalang. Tiap-tiap perbuatan yang memenuhi hasrat hati dilarang. Wajib
menahan segala bentuk nafsu yang menjerumuskan manusia. Sunah berhati tenang
sehari-hari melaksanakan ibadah puasa. Terutama hendaklah dijauhkan diri dari
perselisihan. Memaki-maki, berdusta, memperkatakan kejelekan orang, hasrat hati
yang takbaik dilarang/ Karena kejahatanlah yang sebenarnya, merupakan neraka
manusia di dunia.
Dari apa yang telah diuraikan bahwa
puasa bermanfaat bagi kesehatan sosial. Dengan puasa keadilan sosial
benar-benar dapat dilaksanakan. Dengan puasa tidak ada lagi perbedaan antara si
kaya dan fakir miskin. Kalau ia merasa bahwa siang hari lapar, tetapi malamnya
kenyang. Pasti ia ingat nasib fakir miskin yang belum tentu malamnya kenyang.
Dengan demikian dapat terjadi suatu keseragaman perasaan dalam masyarakat,
penyakit sosial di dalam masyarakat dapat berkurang bahkan lenyap.
Fakir miskin tidak ada lagi,
kejahatan yang sebagian besar terdorong akibat kemiskinan lenyap. Bahkan watak,
akal dan moral masyarakat, menerima perbaikan menyeluruh. Karena ketegangan dan
kesempitan batin masyarakat, itulah yang menjadi sebab timbulnya penyakit
masyarakat.
2.2.3 Mengapa Puasa Harus Dikerjakan ?
Puasa Ramadhan, bila dikerjakan dengan iman dan
ikhlas, bukan saja akan mendatangkan pahala yang berlipat ganda, tapi juga akan
menghapuskan berbagai dosa, baik yang terlanjur kita kerjakan di masa lalu
maupun yang akan datang. Rasulullah saw. Bersabda;
“Barangsiapa puasa Ramadhan dengan (didasari) keimanan
dan semata-mata mengharap Ridha-Nya, maka akan diampunkan dosa-dosanya di masa
lalu”. (HR. Bukhari Muslim)
Dalam riwayat lain ada tambahan “wa
ta-akkhara”, dan dosa-dosa yang akan datang.
2.
Ibadah istimewa
Puasa adalah salah satu ibadah yang mempunyai
kedudukan istimewa di sisi Allah. Di samping benteng yang ampuh bagi pelakunya
dalam menangkal hawa nafsu, puasa juga merupakan satu-satunya ibadah yang
benar-benar murni dan tulus karena Allah. Seperti dalam hadits qudsi berikut:
“Rasulullah SAW. bersabda: Allah ‘Azza wa Jalla
berfirman: Semua amalan anak Adam (bisa kembali) kepadanya kecuali puasa. Maka,
sesungguhnya puasa itu tulus bagi-Ku, dan Aku sendirilah yang akan membalasnya.
(Selain itu) puasa (juga) sebagai benteng. Karena itu, jika salah seorang dari
kamu berpuasa, janganlah berkata kotor dan jangan pula mengacau. Lalu, jika ada
seseorang yang memaki atau memusuhinya, hendaklah ia (cukup) menjawab:
“Sesungguhnya aku sedang berpuasa!”… (HR. Bukhari dan Muslim)
2.2 Psikoterapi
2.2.1 Pengertian Psikoterapi
Istilah psikoterapi mempunyai
pengertian cukup banyak dan kabur, karena istilah tersebut digunakan dalam
berbagai bidang operasional ilmu empiris seperti psikiatri, psikologi,
bimbingan dan penyuluhan (guidance and counseling), kerja sosial, pendidikan
dan ilmu agama. Psikoterapi (psychotherapy), secara etimologis berasal dari
kata ”psyche” yang berarti ”mind” atau jiwa dan ”therapy” yang berarti ”merawat
atau mengasuh, sehingga psikoterapi dapat diartikan sebagai perawatan
terhadap aspek kejiwaan
seseorang. Sedangkan secara
terminologis terdapat beberapa
definisi, di antaranya
yang dikemukakan oleh Atkinson
bahwa psikoterapi adalah
pengobatan alam pikiran atau
lebih tepatnya pengobatan dan perawatan gangguan psikis melalui metode
psikologis.4 James P. Chaplin
membagi pengertian psikoterapi
dalam dua sudut pandang. Secara
khusus psikoterapi diartikan sebagai penerapan
teknik khusus untuk
penyembuhan penyakit mental
atau pada
kesulitan-kesulitan penyesuaian diri
setiap hari. Secara
luas, psikoterapi mencakup penyembuhan
lewat keyakinan agama
melalui pembicaraan informal atau
diskusi personal pada
guru atau teman. Menurut Carl
Gustav Jung, psikoterapi
telah melampaui asal
usul medisnya dan
tidak lagi merupakan
suatu metode perawatan
orang sakit. Kini digunakan
untuk orang yang
sehat atau pada mereka
yang mempunyai hak atas
kesehatan psikis yang
penderitaannya menyiksa kita semua. Berdasarkan pendapat
Jung di atas, maka
psikoterapi lain berfungsi
kuratif (penyembuhan), juga
berfungsi preventif
(pencegahan) dan konstruktif
(pemeliharaan dan
pengembangan) dari jiwa yang
sehat. Ketiga fungsi
tersebut mengisyaratkan bahwa
usaha untuk berkonsultasi kepada
psikiater atau terapis
tidak hanya ketika psikis
seseorang dalam kondisi
sakit, akan tetapi
lebih baik jika dilakukan sebelum
datangnya gejala atau penyakit
mental, karena hal tersebut dapat membangun kepribadian yang
sempurna. Psikoterapi sangat berguna
untuk membantu Klien dalam
memahami dirinya, mengetahui
sumber-sumber psikopatologi dan kesulitan
penyesuaian diri, serta
memberikan perspektif masa
depan yang lebih cerah
dalam kehidupan jiwanya;
membantu penderita dalam mendiagnosis bentuk-bentuk psikopatologi; dan
membantu penderita dalam menentukan langkah-langkah praktis dan
pelaksanaan terapinya.
Selanjutnya individu
tersebut mejadi lebih mempercayai diri serta
bersedia mendorong dirinya
sendiri untuk melakukan
apayang dipilih untuk
dilakukannya; dan menjadi
lebih sadar atas alternatif-alternatif yang ada serta bersedia
memilih bagi dirinya sendiri dan menerima
konsekuensi-konsekuensi dari pilihannya.
2.2.2 Psikoterapi : Pendekatan dan Teknik
Setelah menemukan
terma psikoterapi, berikut
dapat dilihat pada teknik pelaksanaannya. Atkinson membagi
enam teknik, yaitu teknik
terapi psikoanalisis, teknik
terapi perilaku, teknik
terapi kognitif perilaku, teknik
terapi eksistensial, terapi eklektik
atau integratif dan teknik terapi kelompok dan keluarga.
Di samping pembagian di atas, pada
dasarnya psikoterapi dapat dibedakan
juga dalam beberapa
macam. Menurut tujuannya,
psikoterapi dapat dibagi
sebagai mana
____________
4 Astutik, Sri, PSIKOTERAPI ISLAMI DALAM MENGATASI
KETERGANTUNGAN NARKOBA DI PONDOK
PESANTREN INABAH SURABAYA, Surabaya : Disertasi Program Doktor, 2011 hal 18-19
berikut:
psikoterapi ”suportif”, psikoterapi
”re-edukatif” dan psikoterapi
”rekonstruktif”; menurut dalamnya,
ada psikoterapi superfisial
dan psikoterapi mendalam (deep); menurut teknik yangditerapkan terdiri
dari psikoterapi ventilatif, sugestif,
ekspresif, psikokatarsis,
operant conditioning,modelling, asosiasi
bebas, interpretatif, psikoterapi
eksperensial, positive regard
dan teori implosive ;
menurut konsep teoritis
tentang motivasi dan perilaku
dibedakan menjadi psikoterapi
behavioral, psikoterapi
kognitif, psikoterapi evokatif,
analitik, dinamik; menurut settingnya terbagi atas terapi
individual, terapi kelompok atau bersama keluarganya; menurut teknik tambahan
khusus yang digabung dengan psikoterapi,
terdiri atas narkoterapi
dan hipnoterapi, terapi
musik, psikodrama, terapi dengan
permainan dan peragaan
(play therapy, simulation),
psikoterapi religius dan latihan meditasi.
2.2.3 Psikoterapi Islami
Psikoterapi Islami
adalah proses pengobatan dan penyembuhan terhadap gangguan
suatu penyakit baik
mental, spiritual, moral
maupun fisik dengan melalui bimbingan al-Qur’an dan as-Sunah Nabi
Muhammad SAW.5 atau
secara empirik adalah
melalui bimbingan dan pengajaran Allah swt.,
malaikat-malaikat-Nya, Nabi dan
Rasul-Nya atau ahli
waris para Nabi-Nya.
Sedangkan Isep Zainal
Arifin mengatakan bahwa psikoterapi
Islam adalah proses
perawatan dan penyembuhan terhadap
gangguan penyakit kejiwaan
dan kerohanian melalui
intervensi psikis dengan
metode dan teknik
yang didasarkan kepada al-Qur’an
dan Sunnah. Proses
perawatannya disebut dengan
istilah Istishfa.
Kata ”therapy”
bermakna pengobatan dan
penyembuhan, sedangkan dalam bahasa Arab kata ”therapy” sepadan dengan
istishfayang berasal dari
Shafa-Yashfi-Shifaa-an, yang artinya menyembuhkan. Kata istishfa digunakan oleh
M. Abdul Aziz
Al-Khalidiy dalam kitabnya yang berjudul ”al-Istishfa
bi al-Qur’an”. Di dalam al-Qur’an ada beberapa
ayat yang memuat
kata Shifa’ di antaranya dalam surat Yunus ayat 57:
‘’Wahai
manusia sesunggunnya telah
datang kepadamu pelajaran dari
Tuhanmu dan penyembuh
untuk penyakit yang ada di dalam
dada dan petunjuk
serta rahmat bagi orang-orang yang beriman (percaya dan
yakin).’’ (QS. Yunus; 57)
Dalam surat
Al-Isro ayat 82 :
‘’Dan
Kami turunkan dari al-Qur’an sesuatu yang
dapat menjadi penyembuh dan
______________________
5 Astutik, Sri, PSIKOTERAPI ISLAMI DALAM MENGATASI
KETERGANTUNGAN NARKOBA DI PONDOK
PESANTREN INABAH SURABAYA, Surabaya : Disertasi Program Doktor, 2011, hal 23-25
rahmat
bagi orang-orang yang beriman
(percaya dan yakin),
dan al-Qur’an itu tidak akan menambah
kepada orang yang
berbuat aniaya melainkan kerugian.“ (QS. Al-Isro; 82)
Kedudukan psikoterapi Islam dalam
konstelasi psikoterapi, bisa dilihat
dalam struktur perkembangan
psikoterapi religius. Asal
mula kemunculan psikoterapi religius
sudah nampak sejak
timbulnya kesadaran
masyarakat barat terhadap
peran nilai-nilai spiritual. Banyak psikolog
barat yang mengajukan
pendapatnya tentang peran
agama dalam menangani gangguan kejiwaan atau mentaldi antaranya
William James,Carl Gustav
Jung dan A.A Brill.
Bahkan A.A. Brill menegaskan sebagai berikut:
”Individu yang benar-benar
religius tidak akan pernah
menderita sakit jiwa”. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam
praktek psikoterapireligi atau religio-psikoterapi merupakan
penyembuhan penyakit kejiwaan
yang didasari dengan nilai-nilai keagamaan.
Tujuan psikoterapi
Islami adalah memberikan
bantuan kepada setiap
individu agar sehat jasmaniah
dan rohaniah, atau
sehat mental, spiritual dan
moral; menggali dan
mengembangkan potensi esensial sumber daya
Islami; mengantarkan individu
kepada perubahan
konstruktif dalam kepribadian
dan etos kerja;
meningkatkan kualitaskeimanan, keislaman,
keihsanan dan ketauhidan
dalam kehidupan sehari-hari; mengantarkan individu
mengenal, mencintai dan
menemukan esensi diri, atau
jati diri dan
cinta pada Dzat yang
Maha Suci yaitu Allah ta’ala Robbal Alamin. Sedangkan fungsi psikoterapi
Islami adalah: fungsi
pemahaman (understanding); fungsi pengendalian (control); fungsi
peramalan (prediction); fungsi pengembangan (development); fungsi
pendidikan (education); fungsi pencegahan (prevention); fungsi
penyembuhan dan perawatan (treatment); fungsi
pensucian (sterilization); fungsi
pembersihan (purification).
2.2.4 Bentuk dan Teknik Psikoterapi Islami
Muhammad Abd
al-Aziz al-Khalidi membagi
obat (shifa) menjadi dua
bagian : pertama,
obat hissi, yaitu obat
yang dapat menyembuhkan penyakit
fisik, seperti berobat
dengan air, madu, buah-buahan yang disebutkan dalam
al-Qur’an; kedua, obat ma’nawi, yaitu obat yang
dapat menyembuhkan penyakit
ruh dan kalbu manusia, seperti doa-doa dan isi
kandungan dalam al-Qur’an.
Muhammad Mahmud
Mahmud, seorang psikolog
muslim ternama, membagi psikoterapi
Islam dalam dua
kategori; pertama, bersifat duniawi,
berupa pendekatan dan
teknik-teknik pengobatan
psikis setelah memahami
psikopatologi dalam khidupan
nyata; kedua bersifat ukhrawi, berupa
bimbingan mengenai nilai-nilai
moral, spiritual dan agama.
Dalam ajaran
Islam, selain
diupayakan adanya psikoterapi duniawi, juga
terdapat psikoterapi ukhrawi.
Psikoterapi ukhrawi merupakan petunjuk
(hidayah) dan anugrah
(wahhab) dari Allah SWT. yang berisikan kerangka ideologis
dan teologis dari segala psikoterapi. Sedang
psikoterapi duniawi merupakan
hasil Ijtihad (daya upaya)
manusia, berupa teknik-teknik
pengobatan kejiwaan yang
didasarkan atas
kaidah-kaidah insaniah. Kedua model
psikoterapi ini sama pentingnya, ibarat
sisi mata uang
yang satu sama
lain saling terkait. Berdasarkan urian
di atas tampak
bahwa pendekatan dan
teknik pelaksanaan
psikoterapi Islami didasarkan
atas kerangka psiko-teo-antropo-sentris, yaitu
psikologi yang didasarkan
pada keMaha Kuasaan Tuhan
dan upaya manusia.
2.2.5
Psikoterapi Melalui Puasa
Ibadah
puasa memiliki banyak sekali faedah. Diantara faedah yang terkandung dalam
ibadah puasa adalah memperkuat kehendak dan menimbulkan kekuatan untuk
menaklukan hawa nafsu. Allah SWT berfirman,
(QS. Al Baqarah (2);183)
Maksud kalimat ayat diatas adalah
agar kalian merasa takut untuk melakukan perbuatan maksiat. Caranya pertama
kali dengan menaklukkan gejolak syahwat yang akhirnya menjadi perbuatan
maksiat.
Dirawayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasullah SAW
bersabda,
‘’Allah SWT berfirman, ‘’Semua amal perbuatan
anak. Adam adalah miliknya, kecuali ibadah puasa. Karena sesungguhnya ibadah
puasa adalah untuk-Ku. Dan Aku sendiri yang akan membelasnya. Puasa itu
merupakan perisai. Oleh karena itu, hendaklah salah seorang diantara kalian
tidak berkata kotor ketika dia menunaikan puasa dan hendaklah juga tidak
bertindak bodoh! Apabila ada orang yang menggangunya hendaknya dia berkata,
‘’Sesungguhnya aku sedang menjalankan ibadah puasa.’’
Di
dalam riwayat Al Bukhari disebutkan dengan menggunakan redaksi sebagai berikut,
‘’[Allah berfirman], ‘’Dia meninggalkan makanan,
minuman, dan syahwatnya karena Aku. Ibadah puasa adalah milik-Ku dan Aku
sendiri yang akan membalasnya. Amal kebaikan itu akan digandakan sebanyak
sepuluh kali lipat.’’
Disebutkan dalam hadist di atas
bahwa ibdah puasa diibaratkan perisai. Maksudnya, ibadah puasa bisa memelihara
seseorang dari dorongan syahwatnya. Orang yang menunaikan ibadah puasa akan
mampu mengekang nafsunya, sehingga dia pun memutuskan untuk tidak makan, tidak
minum, tidak melakukan hubungan seksual, dan berperilaku baik. _____________________
Najati, Usman, Psikologi Dalam Tinjauan Hadist Nabi,
Jakarta Selatan: Daarusy-Syuruuq – Kairo, 1421 H, hal 409-412
Dia
juga tidak akan berkata kotor, bertindak bodoh mencela, maupun melakukan
perbuatan yang bisa mendatangkan murka Allah SWT. Dalam ibadah puasa terkandung
latihan untuk mengendalikan motivasi dan emosi, serta
memperkuat kehendak untuk mengalahkan dorongan hawa nafsu dan syahwat.
Dalam ibadah puasa terdapat unsur
latihan bagi seseorang untur bersabar. Dengan latihan bersabar, dia akan mampu
menanggung berbagai beban berat kehidupan. Ketika
seseorang yang
menunaikan ibadah puasa merasa terhalangi ubtuk mengosumsi makan maupun minuman
, maka dia akan ikut merasakan pendritaan kaum fakir miskin yang sering kali
tidak bisa mengonsumsi makanan. Sehingga dia pun akan mengasihani saudaranya
yang bernasib kurang beruntung secara ekonomi. Dia akan memberikan pertolongan
dan berbuat baik kepada orang-orang yang membutuhkan. Hal itu akan membuat
hubungan sosialnya menjadi lebih baik. Dia akan lebih peka pada perkembangan
yang terjadi dan menumbuhkan rasa tanggung jawab sosial. Dia senantiasa
cenderung untuk memberikan bantuan dan enganggap dirinya sebagai salah satu
anggota masyarakat yang bermanfaat bagi komunitasnya. Akhirnya, dia akan merasa
bahagia dan tentram.
Puasa sangat berguna untuk mengobati
perasaan berdosan dan menghilangkan kegundahan. Rasullah SAW bersabda bahwa
balasan untuk ibadah puasa adalah ampunan dosa dan masuk ke dalam surga.
Diriwayatkan Abu Hurairah radhiyallahu
‘anhu bahwa Rasulullah SAW bersabda
‘’Barangsiapa yang menunaikan puasa Ramadhan dengan
dilandasi rasa iman dan ikhlas, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan
diampuni.’’
Dirawayatkan dri Abu Sa’id Al
Khudzri radhiyallahu ‘anhu bahwa
Rasullah SAW bersabda,
‘’ Tidak ada seorang hamba pun yang menunaikan
ibadah puasa hanya satu hari saja, kecuali Allah akan menjauhkannya dari neraka
[sejauh jarak perjalanan selama ini] tujuh puluh tahun lantaran ibadah puasa
tersebut.’’
Diriwayatkan dari An-Nadhr bin
Syaiban radhiyallahu ‘anhu, dia
berkata, aku telah diberitahu oleh ayahku bahwa Rasulullah SAW bersabda,
‘’Sesungguhnya Allah SWT telah memfardhukan
puasa Ramadhan kepada kalian Sedangkan aku telah menyunahkan sholat pada malam harinya untuk
kalian. Barangsiapa berpuasa Ramadhan dan melakukan shalat pada malam harinya
untuk kalian. Barangsiapa berpuasa Ramadhan dan melakukan shalat pada malam
harinya dengan disadari rasa iman dan ikhlas, maka dia akan keluar dari
dosa-dosanya seperti pada hari dia baru dilahirkan oleh ibunya.’’
Ada beberapa hadits yang menerangkan
bahwa barangsiapa yang menunaikan puasa pada beberapa hari yang memilki
keutamaan, maka dia akan meraih ampunan dari Allah SWT atas segala dosa yang
telah dia perbuat. Diantara hari yang dimaksud adalah hari ‘Arafah yang bisa melebur dosa-dosa
setahun sebelum dan sesudahnya, hari ‘Asyuraa’
yang mampu melebur dosa-dosa setahun sebelumnya, beberapa hari pada bulan
Syawwal setelah puasa Ramadhan yang mampu memberikan pahala seperti puasa
setahun penuh, dan puasa tiga hari pada setiap bulan yang pahalanya menyamai
puasa selama satu tahun.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Secara etimologis, puasa berarti
menahan. Secara terminologis, Puasa adalah menahan diri dari makan dan minum,
dan hasrat seksual mulai terbit fajar hingga terbenam matahari. Dalam Islam,
puasa adalah rukun Islam ketiga yang wajib dilaksanakan seorang muslim pada
bulan Ramadhan, bulan kesembilam dari dua belas bulan kalender tahun Islam yang
didasarkan perhitungan peredaran bulan yang bentuknya dengan menahan diri dari
segala yang membatalkannya mulai dari terbit fajar sampai terbenamnya matahari,
dan wajib dilakukan sesuai dengan syarat, rukun dan larangan yang telah
ditentukan. Manfaat puasa untuk melatih
rasa ikhlas, beribadah, latihan disiplin keuletan. Juga kehalusan perasaan
memaksa diri untuk menimbulkan kesadaran. Mengapa puasa harus dikerjakan?
Karena menghapus dosa-dosa yang telah lalu dan bulan suci Ramadhan bulan
istimewa.
Psikoterapi (psychotherapy), secara
etimologis berasal dari kata ”psyche” yang berarti ”mind” atau jiwa dan
”therapy” yang berarti ”merawat atau mengasuh, sehingga psikoterapi dapat diartikan sebagai perawatan
terhadap aspek kejiwaan
seseorang. Sedangkan secara
terminologis terdapat beberapa
definisi, di antaranya
yang dikemukakan oleh Atkinson
bahwa psikoterapi adalah
pengobatan alam pikiran atau lebih
tepatnya pengobatan dan perawatan gangguan psikis melalui metode psikologis.
Bentuk dan tekik psikoterapi menurut Muhammad Mahmud Mahmud, seorang
psikolog muslim ternama, membagi
psikoterapi Islam dalam
dua kategori; pertama, bersifat duniawi,
berupa pendekatan dan
teknik-teknik pengobatan
psikis setelah memahami
psikopatologi dalam khidupan
nyata; kedua bersifat ukhrawi, berupa
bimbingan mengenai nilai-nilai
moral, spiritual dan agama. Dalam
hadist di dalam riwayat Al Bukhari disebutkan sebagai berikut,:
‘’[Allah
berfirman], ‘’Dia meninggalkan makanan, minuman, dan syahwatnya karena Aku.
Ibadah puasa adalah milik-Ku dan Aku sendiri yang akan membalasnya. Amal
kebaikan itu akan digandakan sebanyak sepuluh kali lipat.’’
Disebutkan dalam hadist di atas
bahwa ibadah puasa diibaratkan perisai. Maksudnya, ibadah puasa bisa memelihara
seseorang dari dorongan syahwatnya. Orang yang menunaikan ibadah puasa akan
mampu mengekang nafsunya, sehingga dia pun memutuskan untuk tidak makan, tidak
minum, tidak melakukan hubungan seksual, dan berperilaku baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar